Senin, 26 Desember 2011 1 komentar

Pendidikan Karakter sebagai Upaya “Regenerasi” Moral Bangsa


 Oleh: Sucia Aprisah

Selama kurang lebih tiga setengah abad Indonesia dijajah oleh Negeri Belanda. Kehidupan Bangsa Indonesia yang semula damai, saat itu berubah 180°. Belum lagi negara-negara lain yang juga ikut tergiur untuk menguasai wilayah Indonesia yang kaya akan sumber daya alamnya. Hal ini jelas memperburuk keadaan. Dibutuhkan perjuangan keras serta “tumpahan darah” beribu-ribu orang demi merebut kedaulatan negara. Akan tetapi, setelah Bangsa Indonesia berhasil mendapatkan kemerdekaannya, tantangan berat kembali muncul. Ironisnya, tantangan itu justru diakibatkan oleh para petinggi negara yang memiliki intelektual tinggi. Praktik korupsi yang “diwariskan” sejak masa orde baru itu tampaknya mendarah daging dalam diri mereka. “Kehausan” akan kekuasaan memotivasi mereka untuk berlomba-lomba memperkaya diri dengan materi. Sudah menjadi rahasia umum kalau praktik korupsi seakan menjadi “budaya” tersendiri dikalangaan pemerintahan Indonesia. Kalau sudah begini, rakyat Indonesia-lah yang akan dirugikan. Pasalnya, subsisdi yang seharusnya digunakan untuk menyejahterakan kehidupan masyarakat, malah dinikmati sendiri oleh oknum-oknum yang tidak betanggung jawab. Buruknya lagi, para pelaku korupsi ini sangat sulit untuk diadili. Dengan uang yang dimilikinya, seorang koruptor dapat menyuap oknum-oknum tertentu yang akan membantunya untuk tidak dimasukkan ke dalam “hotel prodeo”, atau bahkan meminimalisir hukuman yang akan diterimanya nanti. Hal ini seolah menjadi ironi karena rakyat biasa dengan tingkat kriminalitas yang kecil justru dihukum lebih berat daripada pelaku korupsi. Tidak ada yang patut dibenarkan, baik koruptor maupun rakyat biasa tersebut. Hanya saja, keadilan di Indonesia ini yang perlu di “renovasi”.
Bila kita “berkaca” pada pemerintahan sekarang, Indonesia belum sepenuhnya memiliki pemimpin-pemimpin yang patut diteladani. Mereka, para pemimpin yang tidak bertanggungjawab berbuat sewenang-wenang dan memanfaatkan kekuasaanya untuk memperoleh kekayaan yang sebanyak-banyaknya. Ini membuktikan bahwa yang memiliki intelektual tinggi, belum tentu diimbangi dengan akhlak serta pola pikir yang tinggi pula. Menurut salah satu sumber referensi mengatakan bahwa Presiden Soekarno adalah presiden Indonesia terkahir yang namanya cukup diperhitungkan di mata dunia. Ketegasannya dalam mengambil sebuah keputusan dengan memperhitungkan baik dan buruknya membuatnya menjadi teladan bagi semua anak bangsa. Presiden Soekarno begitu
memperhatikan keinginan rakyatnya. Berbeda halnya dengan sekarang. Pemerintah terkesan orang-orang lamban dalam menangani berbagai kasus besar di Indonesia. Sebut saja kasus korupsi. Selain praktik korupsi, isu tentang ketidaktransparasian pemerintahan juga ikut memperpanjang carut-marut pemerintahan di Indonesia.
Perilaku kalangan elite negara dengan mentalitasnya yang lemah ini tampaknya berimbas pada moralitas masyarakat Indonesia yang kian hari juga ikut mengalami degradasi moral. Rakyat tidak merasa canggung lagi untuk melakukan perbuatan yang salah lantaran pemimpin mereka juga mencerminkan hal yang tidak seharusnya. Nilai-nilai luhur sudah tidak dijadikan landasan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Tingkat kriminalitas semakin memprihatinkan. Praktik suap sudah bukan hal yang asing lagi. Budaya antri tidak
dapat mengendalikan egoisme masyarakat yang penuh ambisi untuk selalu menjadi yang pertama. Masyarakat semakin acuh tak acuh terhadap lingkungan sekitar. Pengeksploitasian sumber daya alam Indonesia dilakukan secara besar-besaran tanpa adanya upaya reboisasi. Serangkaian contoh di atas seharusnya cukup membuat kita sadar bahwa Negeri ini perlu “dibenahi”.
Kebanyakan remaja juga telah menunjukkan tanda-tanda degradasi moral. Banyak diantara mereka yang tidak mengenal budaya nya sendiri. Budaya itu tergantikan oleh budaya barat yang notabene bertolak belakang dengan budaya timur. Dalam kehidupan sehari-hari misalnya, budaya cium tangan sebagai tanda penghormatan seorang anak kepada orang tuanya kini mulai dilupakan. Tidak hanya itu, dalam lingkungan sekolah remaja-remaja ini seperti kehilangan kepercayaan dirinya. Hal ini bisa dilihat saat evaluasi pembelajaran dilakukan. Chat dan cheat sudah tidak bisa dilepaskan dalam diri mereka. Dewasa ini, tindakan penyimpangan remaja lainnya seperti seks dini, mengonsumsi narkotika, minum minuman keras dan lain sebagainya menandai semakin turunnya moral anak bangsa di abad ke-20 ini.
         Hal tersebut di atas disebabkan oleh adanya penurunan moral yang diakibatkan karena kurangnya penanaman karakter dalam diri mereka. Penyebab lainnya adalah mulai “runtuhnya” integritas bangsa ini. Berawal dari oknum-oknum pemerintahan lalu diikuti dengan rakyatnya yang juga mengalami degradasi moral membuat integritas bangsa kian melemah. Tidak hanya itu. Mereka, oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab melupakan jati diri bangsa yang berlandaskan nilai-nilai luhur Indonesia. Bukan hanya moral pemimpin-pemimpin Indonesia yang perlu dibenahi, tetapi juga moral masyarakatnya.
         Kedepannya, Indonesia membutuhkan para pemimpin yang tidak hanya memiliki intelektual tinggi, tetapi juga memiliki moralitas serta mentalitas yang kuat. Oleh karena itu, perlu adanya pendidikan karakter untuk “merombak” sistem pendidikan Indonesia yang selama ini lebih cenderung kepada ilmu pengetahuan dan mengesampingkan nilai moralnya. Pendidikan karakter merupakan program yang saat ini mulai digalakkan dalam bidang pendidikan Indonesia untuk membentuk generasi-generasi yang berakhlak. Generasi inilah yang akan meneruskan “estafet” pemerintahan Indonesia mendatang.
Untuk membentuk generasi-generasi yang berakhlak, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan. Faktor tersebut meliputi faktor Internal dan faktor Eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri anak tersebut, yang meliputi selalu berpegang taguh pada Tuhan Yang Maha Esa, menumbuhkan rasa nasionalisme dan patriotisme, serta memprioritaskan pendidikan dalam hidupnya. Jika seorang anak berpegang teguh pada Tuhannya maka ia akan terhindar dari perbuatan tercela. Hal ini juga berkesinambungan dengan memiliki jiwa cinta tanah air serta rela berkorban untuk negerinya. Dengan memiliki rasa nasionalisme dan patriotisme, akan timbul dalam diri meraka keinginan untuk melakukan yang terbaik bagi bumi pertiwi ini. Anak tersebut juga tidak akan melakukan kerusakan di tanah Indonesia. Jika seorang anak memprioritaskan pendidikan dalam hidupnya, kelak generasi ini dapat memimpin rakyatnya dengan menggunakan ilmu yang diperolehnya. Dengan kata lain untuk membentuk generasi berakhlak, timbulkan keinginan untuk perubahan terlebih dahulu dalam diri anak tersebut.
Faktor lainnya adalah faktor eksternal. Faktor eksternal merupakan faktor yangberasal dari luar diri anak tersebut. Faktor ini meliputi penanaman pendidikan karakter.Pendidikan karakter di sekolah dapat diupayakan melalui penerapan perilaku jujur saat ujianpembelajaran dilakukan. Hal ini dilakukan dengan cara mendidik anak-anak tersebut untukbekerja sendiri-sendiri saat mengerjakan ujian. Selain itu, pananaman pendidikan karakter dapat diupayakana dengan cara mendidik anak-anak untuk menghormati orang yang lebih tuaserta memperhatikan dan menghargai guru yang sedang memberikan penjelasan materi.
Dengan menanamkan keinginan untuk perubahan serta menerapkan pendidikan karakter dalam kehidupan sehari-hari, negeri ini akan memiliki pemimpin yang tidak hanya mampu memecahkan persoalan Indonesia sekarang, tetapi juga menunjukkan pada dunia bahwa Indonesia adalah negeri yang hebat dan patut untuk diperhitungkan dengan berbagai “bonus” sumber daya alam yang dimilikinya.
Senin, 12 Desember 2011 0 komentar

Daftar Fakta Unik Tentang Indonesia (Info Copast)

1. Proklamator Kemerdekaan
Semua orang sepertinya tahu bahwa Soekarno dan Hatta adalah yang memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Namun sampai tulisan ini dibuat, tidak ada nama jalan “Soekarno-Hatta” di Jakarta, kota tempat dibacakannya proklamasi. Nama mereka pun baru diabadikan menjadi nama bandara 40 tahun setelah Indonesia merdeka. Lebih parahnya lagi, pemerintah baru secara resmi menyematkan gelar “proklamator” kepada mereka pada tahun 1986, atau 16 tahun setelah Soekarno wafat.

2. Ibu Kota
Belum ada negara di dunia yang berganti ibu kota selama empat kali dalam kurun waktu relatif singkat kecuali Indonesia, yakni Jakarta (1945-1946), Yogyakarta (1946-1948), Bukittinggi (1948-1949), Jakarta (1950-sekarang).

3. Sepakbola
Sepakbola merupakan salah satu olahraga paling digemari di Indonesia, namun tim nasionalnya tidak pernah menang Piala Dunia FIFA. Hanya sekali tampil pada tahun 1938, itu pun bukan membawa bendera Indonesia, melainkan Hindia Belanda. Meskipun Indonesia memiliki jumlah penduduk paling banyak ke-4 di dunia dan Brazil di peringkat ke-5, namun prestasi sepakbola kedua negara tersebut berbeda jauh.

4. Hutan
Indonesia terkenal dengan keanekaragaman hayatinya yang luas. Hutan Indonesia yang luasnya mencapai 138 juta hektar merupakan tempat hidup bagi 11% spesies tumbuhan dunia, 10% spesies mamalia dunia, dan 16% spesies burung dunia. Meskipun demikian, Guinness World Records pada tahun 2008 menyematkan rekor pada Indonesia sebagai negara yang paling kencang laju kerusakan hutannya di dunia, yakni kehilangan 1,8 juta hektar hutan setiap tahun.

5. Pulau
Dengan 17.508 pulau, Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Disinilah 3 dari 6 pulau terbesar di dunia berada : Kalimantan, Sumatera, dan Papua. Namun jangan heran bahwa hampir 60% penduduknya tinggal di Pulau Jawa, padahal luasnya hanya 7% dari seluruh wilayah Indonesia. Uniknya lagi, ada empat pulau yang kedaulatannya dikuasai bersama-sama dengan pemerintah negara tetangga. Pulau Kalimantan secara administratif dikuasai tiga pemerintahan yaitu Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam. Pulau Papua dikuasai Indonesia dan Papua Nugini. Pulau Timor dikuasai Indonesia dan Timor Leste, dan yang terakhir Pulau Sebatik dikuasai Indonesia dan Malaysia.

6. Angka
Penyebutan angka 1-9 dalam huruf Bahasa Indonesia mengandung misteri. Jika kita menjumlahkan dua angka yang huruf awalannya sama, maka hasilnya selalu sepuluh.
Berawalan S -> Satu + Sembilan = Sepuluh
Berawalan D -> Dua + Delapan = Sepuluh
Berawalan T -> Tiga + Tujuh = Sepuluh
Berawalan E -> Empat + Enam = Sepuluh
Bahkan Lima + Lima = Sepuluh

7. Latah
Latah merupakan penyakit syaraf yang gejalanya muncul ketika dikageti, atau tanpa sadar suka mengulangi perkataan atau gerakan orang lain. Selain di Indonesia, penyakit ini hanya ditemukan pada suku Ainu di Jepang, masyarakat gurun pasir di Gobi, dan sebuah suku di Perancis. Di Indonesia sendiri, awalnya penyakit ini hanya ditemui pada suku-suku di Pulau Jawa, Sumatera, dan pedalaman Kalimantan. Namun uniknya, lama-kelamaan latah di Indonesia dianggap keren dan menjadi trend, terutama di kalangan selebriti. Sebagian kaum selebriti memanfaatkan latah sebagai modal ketenaran atau ciri khas selaku entertainer.

8. Tanggal 17 Agustus
Bila 17 Agustus menjadi tanggal kelahiran Indonesia, justru tanggal tersebut menjadi tanggal kematian bagi pencetus pilar Indonesia. Pada tanggal itu, pencipta lagu kebangsaan “Indonesia Raya”, WR Soepratman (wafat 1937) dan pencetus ilmu bahasa Indonesia, Herman Neubronner van der Tuuk (wafat 1894) meninggal dunia.

9. Menteri Orang Indonesia Asli
Setelah merdeka 43 tahun, Indonesia baru memiliki seorang menteri pertama yang benar-benar “orang Indonesia asli”. Hal itu karena semua menteri sebelumnya lahir sebelum Indonesia merdeka (17 Agustus 1945). Itu berarti, mereka pernah menjadi warga Hindia Belanda dan atau pendudukan Jepang, sebab negara hukum Republik Indonesia memang belum ada saat itu.

“Orang Indonesia asli” pertama yang menjadi menteri adalah Ir. Akbar Tanjung (lahir di Sibolga, Sumatera Utara, 30 Agustus 1945), sebagai Menteri Negara Pemuda dan Olahraga pada Kabinet Pembangunan V (1988-1993).

10. Ramah
Selain karena keindahan alamnya, banyak wisatawan mancanegara memuji keramahan orang Indonesia. Berdasarkan survey The Smiling Report 2009, Indonesia adalah negara paling murah senyum di dunia. Indonesia, bersama Hongkong, juga dinobatkan sebagai negara yang terbaik dalam mengucapkan salam. Namun hal ini tidak diikuti dengan pengelolaan yang baik terhadap indutri pariwisatanya. Buruknya birokrasi dan tingginya tingkat korupsi juga sangat menakutkan bagi para investor untuk berbisnis di negara paling murah senyum ini.

11. Pusat Perbelanjaan
Jakarta sebagai ibu kota Indonesia memiliki tata ruang yang sangat sangat berantakan. Di kota ini berdiri 130 pusat perbelanjaan, terbanyak diantara kota-kota besar lainnya di seluruh dunia. Banyak wilayah di Jakarta yang tadinya direncanakan untuk kawasan hunian, konservasi, bahkan resapan air namun diubah menjadi pusat perbelanjaan.

12. Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB)
Sampai tulisan ini dibuat, Indonesia merupakan satu-satunya negara yang pernah keluar dari PBB. Bergabung pertama kali tahun 1950 sebagai anggota ke-60 PBB, kemudian Indonesia menarik keanggotaannya pada tahun 1965. Soekarno, presiden Indonesia saat itu sangat berang dengan keputusan PBB mengakui kedaulatan Malaysia dan menjadikan Malaysia anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB. Lalu kemudian Soekarno mendirikan Conefo (Konferensi Negara-Negara Kekuatan Baru) sebagai tandingan PBB. Sebelum keluar dari PBB, Soekarno sempat menyampaikan pidato dengan berapi-api di Sidang Umum PBB yang isinya meminta agar badan dunia tersebut dipindahkan markas besarnya ke luar Amerika Serikat. Bukan hanya pidatonya saja yang berhasil mendapat berkali-kali tepukan tangan, namun Soekarno juga sukses menyelenggarakan Ganefo (tandingan Olimpiade versi Conefo) yang diikuti 2.250 atlet dari 48 negara di Asia, Afrika, Eropa dan Amerika Selatan, serta diliput sekitar 500 wartawan asing. Saat-saat itulah terakhir kali Indonesia memiliki pemimpin superpower dan menjadi salah satu negara yang paling disegani di seluruh dunia.

13. Hewan
Indonesia memiliki kekayaan fauna yang luar biasa. Hewan purba yang masih hidup di Indonesia adalah komodo, kadal terbesar di dunia dengan berat 90kg dan panjang 3 meter. Terdapat juga ikan terkecil di dunia sebesar nyamuk yang ditemukan di Sumatera. Di Sulawesi masih hidup primata terkecil di dunia yang mirip monyet yakni Tarsier Pygmy (Tarsius Pumilus) atau disebut juga Tarsier Gunung yang panjangnya hanya 10 cm. Di pulau yang sama ditemukan pula ular terpanjang di dunia sepanjang 10 meter yaitu Python Reticulates.

14. Suku & Bahasa
Indonesia merupakan negara yang memiliki suku bangsa terbanyak di dunia, dengan lebih dari 740 suku bangsa/etnis, maka dari itu tidak heran bahwa Indonesia juga merupakan negara dengan bahasa daerah yang terbanyak, yakni 583 bahasa dan dialek. Sadar bahwa bentrokan antar etnis sangat berpotensi terjadi, maka pendiri Republik ini menyepakati semboyan bangsa “Bhinneka Tunggal Ika” (yang artinya “Berbeda-beda tapi tetap satu juga”).

15. Ramalan Tentang Pemimpin
Indonesia termasuk negara yang kaya dengan dunia mistis alias gaib, termasuk soal ramal-meramal. Salah satunya tercatat nama Prabu Jayabaya, yang memerintah Kerajaan Kediri sekitar tahun 400-an Masehi. Dari sekian banyak ramalannya, yang sangat tersohor adalah ramalan tentang siapa orang yang akan memimpin Indonesia (baca: Presiden Indonesia).
Pemimpin pertama yakni Soekarno, digambarkan sebagai orang yang :
- memakai kopiah warna hitam (kethu bengi)
- sudah tidak punya ayah (yatim)
- suaranya menggelegar
- berkharisma
- bergelar serba mulia (Pemimpin Besar Revolusi dan Panglima Tertinggi ABRI)
- kebal terhadap berbagai senjata (sering lolos dari percobaan pembunuhan)
- punya kelemahan mudah dirayu wanita cantik
- tidak berdaya terhadap anak-anak kecil yang mengelilingi rumah beliau (mundurnya Soekarno karena di-demo para pelajar dan mahasiswa)
- sering mengumpat orang asing (anti imperialisme)
Pemimpin kedua yakni Soeharto, digambarkan sebagai orang yang :
- didukung oleh “Kartikapaksi” (ini lambang yang digunakan ABRI)
- memakai topi baja hijau atau tutup kwali lumuten (militer)
- kaya raya
- menjadi pemimpin dunia (Soeharto menggagas membentuk ASEAN, dimana konon menurut sejarahnya, ASEAN merupakan kesatuan dari kerajaan Majapahit)
- digantikan oleh “Raja dari negeri seberang” (Soeharto digantikan oleh BJ. Habibie yang berasal dari Nusa Srenggi, Sulawesi)
Setelah era kedua pemimpin tersebut, Jayabaya meramalkan akan muncul pemimpin yang digambarkan sebagai Raja yang :
- bergelar Satriya Piningit
- sudah tidak punya ayah-ibu
- telah lulus Weda Jawa
- bersenjatakan Trisula
karena ramalan-ramalan sebelumnya berupa kiasan, saya pun tidak mengerti siapa yang dimaksud dengan Satriya Piningit.
Ramalan Jayabaya yang tak kalah terkenalnya pula adalah 2 huruf akhir/sebagian kata nama pemimpin Indonesia yang dirangkum dalam sebuah kata NOTONOGORO. Dan hal itu sudah pula terbukti dengan 3 periode masa pemerintahan presiden Indonesia, yaitu: SoekarNO, SoeharTO, Susilo Bambang YudhoyoNO. Bagaimana dengan BJ Habibie, Megawati dan Gus Dur/Abdurahman Wahid?? 3 Presiden itu tidak dihitung karena tidak memerintah selama 1 masa pemerintahan penuh. Konon katanya seorang presiden yang akan menjadikan Indonesia makmur dan sejahtera, dipandang dunia dan dihormati adalah seorang presiden dengan huruf akhir “GO”. Siapakah dia?
Minggu, 11 Desember 2011 0 komentar

Kata Apa yang Pantas Untuk Semua Ini?

Saat ku tarik garis tengah dari kedua permukaan itu
Meleburlah tiap bagiannya menjadi satu
Membentuk satu kesatuan yang utuh
Mengukuhkan jalinan ikatan yang baru

Sayangnya ini bukan tentang membalik kedua telapak tangan
Bila kepala batu diadu akan menimbulkan perpecahan
Lalu mau bagaimana lagi?
Sudah menjadi rahasia umum tentang keegoisan itu

Ini hanya sebuah analogi kehidupan
Dibutuhkan 1000 pemuda bijak untuk menghancurkan batasan
Bersama-sama kita melebur di dalamnya
Demi menciptakan Negeri impian

Dan sekarang...
Tunas Negeri mulai mengambil peranannya
Transformasi moral dibutuhkan untuk sebuah kemenangan abadi
Jangan lupakan petuah tua
Agar hitam tak selamanya jadi hitam.


Sabtu, 26 November 2011 0 komentar

Mengembalikan Jati Diri Bangsa dengan Menanamkan Sikap Nasionalisme dan Patriotisme pada Generasi Penerus



Oleh : Sucia Aprisah
            Indonesia merupakan negara yang memiliki Ideologi Pancasila. Nilai-nilai luhur yang tertuang dalam Pancasila merupakan cara atau pandangan hidup yang harus kita jadikan sebagai patokan dalam menjalankan kehidupan bernegara. Nilai-nilai luhur ini akan membawa kita pada suatu kehidupan bernegara yang lebih baik. Pancasila sebagai ideologi Bangsa Indonesia semata-mata dibuat untuk menciptakan masyarakat yang tertib dan patuh pada hukum tata tertib negara. Nilai-nilai luhur tersebut sejalan dengan nilai-nilai agama yang tumbuh di Negara Indonesia. Misalnya : Pada sila pertama, yaitu Ketuhanan yang Maha Esa. Agama-agama yang berkembang di Indonesia mengajarkan kita untuk percaya pada Tuhan yang satu. Selain itu Pada Sila kedua, sejalan dengan ajaran agama yang mengutamakan musyawarah untuk mencapai suatu kemufakatan
            Pada masa sekarang ini, nilai-nilai luhur pancasila mulai ditinggalkan. Khususnya pada anak-anak maupun kaum remaja. Indikator dari penurunan nilai-nilai luhur Pancasila pada anak maupun remaja  dapat dilihat dari maraknya tawuran antar pelajar. Sikap premanisme yang dimiliki oleh pelajar ini, bila terus dibiarkan lama kelamaan akan terus “mengakar” dalam diri mereka. Hal ini tentu saja akan berimbas pada kepribadian mereka pada saat dewasa nanti. Dikhawatirkan, sikap premanisme ini akan terus terbawa hingga mereka tumbuh menjadi seorang yang “terjun” dalam kehidupan bermasyarakat kelak. Indikator lainnya adalah terlihat pada sikap kebanyakan pelajar yang kurang mematuhi aturan-aturan di sekolah. Seperti : memakai suatu benda yang tidak seharusnya dipakai di lingkungan sekolah. Mengapa ini termasuk penurunan nilai luhur pada anak ? Lingkungan sekolah merupakan lingkungan kecil yang setiap harinya selalu menjadi wadah untuk para siswa berinteraksi baik dengan guru maupun dengan siswa lainnya. Selain itu, lingkungan sekolah juga dijadikan alternatif tempat pembentukan kepribadian siswa. Jika dalam lingkungan kecil saja (dalam hal ini adalah sekolah), siswa tersebut tidak mematuhi aturan, bagaimana jika mereka sudah berada di lingkungan luar sekolah. Tentu saja anak-anak tersebut akan bertindak sewenang-wenang. Selain itu, indikator dari penurunan nilai-nilai luhur dapat dilihat dari mulai merebaknya tindak kriminal yang dilakukan oleh anak di bawah umur. Misalnya, kasus pencurian. Dalam skala yang lebih besar, contoh dari penurunan nilai-nilai luhur adalah mulai memudarnya “budaya”  musyawarah dalam kehidupan masyarakat. Bila  dilihat dalam lingkungan masyarakat sekitar kita, satus sosial seseorang nampaknya sangat berpengaruh dalam menentukan boleh atau tidaknya seseorang ikut berpartisipasi dalam sebuah forum musyawarah. Hal ini menyebabkan, seseorang yang ekonominya terbilang rendah kehilangan hak suaranya untuk mengutarakan sebuah aspirasi.
            Nilai-nilai luhur yang mulai ditinggalkan ini hanya akan mengakibatkan dampak negatif, baik bagi negara, maupun individu itu sendiri. Dampak yang akan diterima oleh negara akibat penurunan nilai luhur adalah tidak terciptanya kehidupan bernegara seperti yang seharusnya. Kehidupan bernegara yang dimaksud adalah negara yang mempunyai tatanan hidup, di mana seluruh masyarakatnya patuh pada hukum tata tertib negara. Bayangkan saja, bagaimana jadinya negara ini bila seluruh warga negaranya menjalankan kehidupan bernegara tidak berpedoman pada nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila. Negara akan terpecah belah dan akan sangat jauh dari kata bersatu. Adapun dampak yang akan diterima oleh individu yang menunjukkan tanda-tanda penurunan nilai-nilai luhur adalah individu tersebut akan dikucilkan oleh masyarakat. Selanjutnya, ia akan mengalami tekanan batin akibat tidak ada seorangpun yang mau berinteraksi dengannya.
Nilai-nilai luhur yang berangsur memudar dalam diri Bangsa Indonesia menyebabkan Bangsa Indonesia kehilangan jati dirinya. Bangsa Indonesia yang dulunya dikenal sebagai bangsa yang memiliki nilai moral yang tinggi, tampaknya kini semakin menjauh dari kata tersebut. Lantas sebagai generasi penerus, hal apa yang harus kita lakukan untuk mengembalikan jati diri Bangsa Indonesia ? TANAMKAN SIKAP NASIONALISME DAN PATRIOTISME DALAM DIRI KITA ! Sebelum menanamkan kedua hal tersebut dalam diri masing-masing, terlebih dahulu kita harus mengetahui apa itu sikap Nasionalisme dan sikap Patriotisme. Sikap Nasionalisme adalah sikap yang menjunjung tinggi kesetiaan tertinggi seseorang harus diberikan kepada Negaranya. Sedangkan sikap Patriotisme adalah sikap rela berkorban demi Bangsa dan Negara. Contoh dari sikap Nasionalisme dan Patriotisme yang bisa kita lakukan baik sebagai anak-anak maupun orang dewasa adalah:
1.    Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dengan tidak melakukan aksi premanisme atau merusak fasilitas-fasilitas umum yang ada;
2.    Mempertahankan Budaya Indonesia dan menjaga peninggalan bersejarah. Dalam hal ini, kita harus menjaga dan melestarikan budaya serta peninggalan bersejarah agar tidak ada Bangsa lain yang mengaku memiliki budaya maupun peninggalan-peninggalan tersebut.
3.    Tidak malu menjadi Bangsa Indonesia. Kita harus membuktikan pada Dunia bahwa Indonesia adalah negera yang hebat. Memiliki kekeyaan bahari yang berlimpah, sumber daya alam yang berlebih dengan berjuta spesies tumbuhan dan hewan serta memiliki beribu pulau lengkap dengan budayanya masing-masing. Sebisa mungkin kita harus mengolah kelebihan-kelebihan tersebut supaya tak lekang dimakan zaman.
4.    Berprestasi dalam bidang apapun. Dengan berprestasi, maka kita telah ikut serta untuk mengharumkan nama Indonesia. Dimulai dari tingkat yang kecil, jika sudah bersakala internasional, maka bngsa Indonesia akan menjadi salah satu bangsa yang namanya ikut diperhutungkan di mata dunia.
5.    Setia memakai produk yang berasal dari Negeri sendiri. Jangan “melulu” mengonsumsi produk luar. Ini bukan berarti produk luar tidak baik untuk digunakan, tetapi lebih baik kita menggunakan produk dalam negeri sebagai bentuk penghargaan tertinggi kita atas karya anak bangsa.
Hal tersebut di atas, bisa dilakukan secara bersama-sama dan secara individu. Tetapi akan lebih baik jika dilakukan secara bersama-sama demi mencapai pengembalian jati diri negara serta dapat membuat nama Indonesia diperhitungkan di mata dunia.
Lalu apakah “penanaman” sikap nasionalisme dan patriotisme dalam diri generasi penerus merupakan cara yang efektif untuk  mengembalikan jati diri bangsa Indonesia ? Jawabannya adalah ya. Mengapa demikian ? Jika kita setia dan rela berkorban untuk negara kita, kita tidak akan membiarkan hal apapun yang dapat menghancurkan kesatuan Negara Indonesia. Kita akan terus menjaga Negara ini agar tidak terpecah belah. Selain itu kita juga akan terus menjaga nama baik Negara Indonesia di mata dunia. Jadi, secara tidak langsung kita juga turut andil dalam mengembalaikan jati diri negara yang mencerminkan nilai-nilai luhur Pancasila.
Dewasa ini, penanaman nilai-nilai luhur baik bagi orang dewasa maupun anak-anak sangat dibutuhkan. Khususnya anak yang notabene merupakan generasi penerus. Berikut ini adalah langkah-langkah yang bisa orang tua lakukan dalam mendidik anaknya sebagai bentuk pengembalian jati diri Negara :
1.    Dalam lingkungan keluarga, kita sebaiknya mengajarkan anak tentang hal yang  sederhana yang berhubungan dengan Indonesia. Misalnya mengajarkan dan mengenalkan lagu daerah, tarian daerah, permainan tradisional dan lain-lain.
2.    Mendidik anak agar tumbuh menjadi seorang peace generation. Berdasarkan seminar yang pernah saya ikuti dengan motivator Ifran Amalee tentang Peace Generation, ada beberapa konsep dasar yang harus kita miliki untuk menjadi generasi yang mencintai kedamaian antara lain : menerima diri sendiri, menghapus prasangka, menerima adanya keberagaman (etnis, agama, gender, status sosial, kelompok eksklusif), merayakan keberagaman, memahami konflik, menolak kekerasan, mengalami kesalahan dan memaafkan.
3.    Mengajarkan anak untuk bertanggung jawab. Hal ini bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya menjaga lingkungan sekitar. Jika anak telah diajarkan bertanggung jawab, maka akan tertanam di alam bawah sadar mereka tentang pentingnya menjadi seorang yang bertanggung jawab.
4.    Melatih anak untuk aktif dalam berorganisasi. Dengan Berorganisasi seorang dapat melatih kepemimpinannya juga melatih kepekaan diri terhadap masalah-masalah disekitarnya sehingga memunculkan inisiatif untuk menyelesaikan masalah-masalh tersebut. Selain itu seorang anak juga dapat melatih emosionalnya dengan menghormati perbedaan pendapat dalam organisasinya.
Jika masing-masing orang telah menumbuhkan kesadaran betapa pentingnya mengembalikan jati diri negara, maka Indonesia akan menjadi negeri yang hebat, yang memiliki anak-anak bangsa yang cerdas serta bijaksana dalam bertindak. Dengan adanya generasi-generasi yang cemerlang ini, secara tidak langsung Indonesia dapat menjadi negara yang diperhitungkan namanya di kanca Internasional. Dan yang terpenting adalah, generasi-generasi penerus ini akan mengubah cara pandang remaja pada umunya yang saat meyelesaikan masalah harus dengan cara kekerasan. Kelak, musyawarah akan menjadi suatu budaya yang akan terus mengakar dalam diri Bangsa Indonesia dan dijalankan secara optimal.
Dalam menjalankan kehidupan ini, seseorang mempunyai kewajiban yang harus mereka lakukan dan sebagai timbal baliknya, seseorang akan mendapatkan haknya setelah melaksanakan kewajiban. Penerapan kewajiban anak yang selaras dengan nilai-nilai luhur di Indonesia antara lain : mempertahankan nilai-nilai luhur dengan cara menjadi generasi yang cerdas, baik cerdas secara spiritual, intelektual maupun emosional. Dalam hal ini mereka juga harus mempertahankan nama baik Indonesia dengan berprestasi di bidang apapun. Bukan malah merusak nama baik negaranya sendiri. Sedangkan penerapan hak anak yang selaras dengan nilai-nilai luhur di Indonesia adalah memperoleh hak untuk hidup, memperoleh hak untuk mendapatkan pendidikan, hak memperoleh kasih saying dari kedua orang tuanya serta hak untuk mengembangkan potensinya. Dalam hal ini, baik orang tua maupun negara harus dapat memfasilitasi seorang anak untuk mendapatkan hak-haknya tersebut.
0 komentar

Cerita ini hanya fiktif belaka :)


Ambigu

Oleh Sucia Aprisah
  
Mungkin sebagian besar orang di sekelilingku menganggap aku terlalu berlebihan dalam menilai segi estetis dari sebuah lukisan. Aku memang bukan seorang yang ahli dalam bidang seni lukis. Aku juga tidak dapat menjalankan fungsi otak kananku secara maksimal. Aku hanya orang awam yang sedikit terganggu dengan keberadaan lukisan itu. Menurutku, lukisan setengah badan yang entah apa maksud dan tujuan penciptanya agak sedikit berbeda dengan lukisan-lukisan lain yang pernah kulihat sebelumnya. Tatapan  matanya tajam, langsung menuju ke arahku. Mukanya pucat dengan senyum tipis mengembang diwajahnya. Tak kutemukan alis pada objek wanita dilukisan itu. Dan hal yang paling menakutkan bagiku adalah sepasang matanya seakan terus mengikuti langkahku di rumah ini.
Ketakutanku terhadap karya seni rupa dua dimensi yang saat ini dipajang di ruang keluarga itu, bermula ketika ayah memutuskan untuk pindah rumah di kawasan St. Orchid. Sebuah kawasan perumahan semi permanen yang diperuntukkan bagi keluarga kelas menengah seperti kami. Sebagai bentuk apresiasi bagi pembeli rumah di kawasan tersebut, agen perumahan menghadiahkan lukisan itu kepada kami. Belakangan baru ku ketahui bahwa hanya rumah ini lah yang lukisannya terlihat sedikit berbeda.
Aku adalah orang pertama yang membuka kain penutup pada lukisan itu. Kesan pertama saat aku melihat lukisan itu adalah lukisan tersebut terlihat biasa-biasa saja di mataku. Namun lama-kelamaan, lukisan itu seakan menjadi momok yang menakutkan. Ketika aku menutup kembali lukisan dengan kain penutup, keesokan harinya kain penutup itu terbakar di halaman belakang rumah. Setelah kutanyakan dengan seluruh penghuni rumah, tak satupun dari mereka yang mengaku membakar kain penutup itu. Hal aneh lainnya adalah aku selalu terjatuh ketika aku berusaha untuk mengambil lukisan itu dan meletakannya di gudang. Dua kejadian ini, cukup membuatku dipresi berat.
Aku benar-benar di rundung kegelisahan. Aku tak tahu harus menceritakan masalahku dengan siapa. Aku ingin bercerita tentang hal aneh yang terjadi rumah ini. Ibuku terlalu sibuk dengan urusan kantornya. Sementara Ayah sedang berdinas di luar kota. Sampai suatu ketika aku dengan sengaja berbohong pada Ibu bahwa aku jatuh sakit demi mendapatkan perhatian Ibu. Rencana ini sukses besar. Ibu tidak bekerja pada  hari itu demi menemani aku, putri semata wayangnya.
“Badanmu tidak panas Rose” (Sambil memegang kepala Rose)
“Benarkah Bu? (Rose langsung memeluk Ibunya dengan erat). Sebenarnya aku ketakutan Bu. Hidupku tidak tenang saat pindah di rumah baru ini. Terutama bila ada lukisan itu.” Rintih Rose.
“Maksudmu lukisan yang ada di ruang keluarga itu Rose? Ibu pikir tak ada yang aneh dari lukisan itu.” (Ibu berusaha menenangkan).
“Mata itu bu.. Mata itu selalu mengikutiku. Belum lagi kejadian-kejadian aneh yang terjadi di rumah ini”
“Sudahlah nak, mungkin itu hanya imajinasimu saja. Yasudah Ibu keluar dulu. ”
Ibu pun berlalu meninggalkanku yang tengah diliputi rasa ketakutan. Aku merasa sendiri. Tak ada orang yang mampu menenangkanku saat itu.
***
“Kamu berlebihan Ros!” Timpal Jane yang saat itu sedang mendengarkan cerita Rose.
“Maksud mu? Kamu tidak percaya pada ku Jane?” Sahut Rose.
“Bukannya aku tidak mempercayaimu, hanya saja coba kau pikirkan. Sudah berapa banyak lukisan yang kau lihat? Bukankah setiap lukisan itu memiliki pesan-pesan tersirat? Lukisan-lukisan itu juga mempunyai keunikan tersendiri. Begitu juga dengan lukisan yang ada di rumahmu.” Jelas Jane panjang lebar.
“Tapi kamu tidak mengerti Jane…. Lukisan itu terlalu menyeramkan. Bahkan aku sendiri takut untuk tetap tinggal di rumah itu.” Rintih Rose diikuti dengan isak tangis.
“Sudah.. jangan menangis. Begini saja, pulang sekolah aku akan ke rumah mu untuk melihat lukisan itu. Bagaimana?” Tawar Jane.
“Ya.. mugkin itu kedengarannya lebih baik” Jawab Rose.
Tanpa pikir panjang, sepulang sekolah aku dan Jane langsung menuju rumahku. Aku hanya mampu bersembunyi di belakang tubuh Jane yang saat itu sedang diliputi rasa penasaran. Ketika Jane melihat objek dilukisan itu, tidak ada raut wajah ketakutan nampak padanya.
“Tak ada yang aneh dari lukisan ini Rose. Menurutku lukisan ini justru memiliki nilai estetis yang tinggi” Jelas Jane.
“Begitukah menurutmu Jane? Tapi bagiku lukisan ini sungguh menyeramkan. Mungkin kau belum pernah merasakan saat kau sedang dilanda kehausan di tengah malam buta, dan mau tak mau kau harus melewati ruangan ini untuk sampai ke dapur. Sepasang mata itu akan terus mengikuti langkahmu” Sahut Rose.
“Mungkin itu hanya ilusinasimu saja Rose. Kau tahu.. hal yang membuatku mengagumi lukisan ini adalah senyum wanita itu. Sebenarnya aku sendiri tidak tahu apa makna dari senyumannya. Hanya saja, orang yang membuat lukisan ini pasti seorang yang berdaya imajinasi tinggi. (Sambil memegang lukisan itu)
Dan heey… teknik yang digunakan pelukis ini juga tak seperti teknik yang digunakan oleh pelukis pada umumnya. Kau tak kan bisa meninggalkan sidik jarimu di sini.”
“Tampaknya kau tidak sependapat denganku Jane.”
“Maaf Rose.. tapi itulah kenyataanya, dan satu hal yang harus kau ingat, semua orang memang memiliki rasa takut terhadap suatu hal. Tapi hanya orang yang bijak yang mampu mengatasi rasa takutnya itu” Sambil memegang bahu Rose.
Rose mengatakan hal yang benar ketika ia mengaku sepasang mata di lukisan itu mengikutinya saat ia merasakan kehausan di tengah malam. Malam itu Rose merasakan rasa haus yang luar biasa. Ia cepat-cepat menuju dapur untuk menghilangkan dahaganya. Akan tetapi, saat ia melewati ruang keluarga, ia melihat bahwa sepasang mata wanita sedang mengikuti langkahnya. Wanita itu tidak lain adalah objek wabita pada lukisan di ruang tamu.   Melihat kejadian itu, Rose ingin segera berlari meninggalkan tempat tersebut. Tetapi sayang, seperti ada sesuatu yang menghambat langkahnya. Ia menjerit ketakutan. Namun tak ada seorangpun di rumahnya yang mengindahkan teriakan Rose. Objek wanita yang ada di lukisan itu pun keluar dari bingkainya. Perlahan namun pasti, wanita itu mendekati Rose.
“Tidak usah takut, aku bukan bermaksud untuk melukaimu” Jelas wanita itu.
“Lalu apa yang ingin kau lakukan terhadapku?” Tanya Rose sambil ketakutan.
“Mengapa kau takut padaku?” Tanya wanita itu.
“Kau selalu mengangguku. Semenjak aku pindah di rumah ini dan melihatmu di dalam lukisan itu, hari-hariku berubah 180°.” Jelas Rose.
“Itu Cuma perasaanmu saja!”
“Maksudmu? Bukankah sudah jelas bahwa selama ini kau yang mengangguku. Kau membuatku ketakutan. Dua kejadian aneh waktu itu sama sekali tidak bisa diterima dengan akal sehat” Protes Rose.
“Tahukah kau bukan maksudku untuk menakutimu. Hanya saja, aku ingin melindungi diriku dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab”Jelas wanita itu.
“Aku tidak mengerti!” Ungkap Rose kebingungan.
“Mungkin di matamu tak ada hal yang menarik didiriku. Tetapi, bagi mereka yang mengerti seni, mereka akan tertarik padaku. Sudah beribu-ribu orang mencoba mengartikan senyumku, tapi tak satupun dari mereka yang mampu menjelaskannya secara jelas. Oleh karena itu, banyak kolektor yang mengincar lukisanku.”
“Bukankah dengan dengan membiarkan dirimu bersama kolektor itu akan membuatmu lebih terurus dibandingkan kau selalu berada di rumah ini?”
“Aku telah dipercayakan oleh penciptaku untuk tetap di rumah ini. Dulunya rumah ini adalah bekas salah satu pelukis terkenal yang sedikit terasingkan.”
Tak sempat mereka melanjutkan percakapan, tiba-tiba Ibu Rose datang dan menyalakan lampunya.
“Rose.. ayo bangun”  Kata Ibu.
Rose terbangun dan langsung memeluk Ibunya. Syukurlah semua hanya mimpi. Gumam Rose dalam hati.
***
Usut punya usut, lukisan itu adalah lukisan Monalisa yang dibuat oleh Leonardo da Vinci. Sehari sebelum ia bermimpi, sekolahnya mengadakan karya wisata ke museum nasional. Rose selalu terbayang dengan lukisan yang konon matanya dapat mengikuti langkah pengunjung museum tersebut. Akan tetapi, ketika ia melewati ruang keluarga dan menyadari bahwa sebenarnya ia dan keluarganya tidak pindah rumah, ia tetap melihat lukisan itu berada di sana. Dan yang anehnya lagi ada nama Rose di lukisan itu. Semua kejadian yang berkaitan dengan lukisan Monalisa membuatnya merasa bingung dengan hidupnya sendiri.





 
;