Sabtu, 26 November 2011

Cerita ini hanya fiktif belaka :)


Ambigu

Oleh Sucia Aprisah
  
Mungkin sebagian besar orang di sekelilingku menganggap aku terlalu berlebihan dalam menilai segi estetis dari sebuah lukisan. Aku memang bukan seorang yang ahli dalam bidang seni lukis. Aku juga tidak dapat menjalankan fungsi otak kananku secara maksimal. Aku hanya orang awam yang sedikit terganggu dengan keberadaan lukisan itu. Menurutku, lukisan setengah badan yang entah apa maksud dan tujuan penciptanya agak sedikit berbeda dengan lukisan-lukisan lain yang pernah kulihat sebelumnya. Tatapan  matanya tajam, langsung menuju ke arahku. Mukanya pucat dengan senyum tipis mengembang diwajahnya. Tak kutemukan alis pada objek wanita dilukisan itu. Dan hal yang paling menakutkan bagiku adalah sepasang matanya seakan terus mengikuti langkahku di rumah ini.
Ketakutanku terhadap karya seni rupa dua dimensi yang saat ini dipajang di ruang keluarga itu, bermula ketika ayah memutuskan untuk pindah rumah di kawasan St. Orchid. Sebuah kawasan perumahan semi permanen yang diperuntukkan bagi keluarga kelas menengah seperti kami. Sebagai bentuk apresiasi bagi pembeli rumah di kawasan tersebut, agen perumahan menghadiahkan lukisan itu kepada kami. Belakangan baru ku ketahui bahwa hanya rumah ini lah yang lukisannya terlihat sedikit berbeda.
Aku adalah orang pertama yang membuka kain penutup pada lukisan itu. Kesan pertama saat aku melihat lukisan itu adalah lukisan tersebut terlihat biasa-biasa saja di mataku. Namun lama-kelamaan, lukisan itu seakan menjadi momok yang menakutkan. Ketika aku menutup kembali lukisan dengan kain penutup, keesokan harinya kain penutup itu terbakar di halaman belakang rumah. Setelah kutanyakan dengan seluruh penghuni rumah, tak satupun dari mereka yang mengaku membakar kain penutup itu. Hal aneh lainnya adalah aku selalu terjatuh ketika aku berusaha untuk mengambil lukisan itu dan meletakannya di gudang. Dua kejadian ini, cukup membuatku dipresi berat.
Aku benar-benar di rundung kegelisahan. Aku tak tahu harus menceritakan masalahku dengan siapa. Aku ingin bercerita tentang hal aneh yang terjadi rumah ini. Ibuku terlalu sibuk dengan urusan kantornya. Sementara Ayah sedang berdinas di luar kota. Sampai suatu ketika aku dengan sengaja berbohong pada Ibu bahwa aku jatuh sakit demi mendapatkan perhatian Ibu. Rencana ini sukses besar. Ibu tidak bekerja pada  hari itu demi menemani aku, putri semata wayangnya.
“Badanmu tidak panas Rose” (Sambil memegang kepala Rose)
“Benarkah Bu? (Rose langsung memeluk Ibunya dengan erat). Sebenarnya aku ketakutan Bu. Hidupku tidak tenang saat pindah di rumah baru ini. Terutama bila ada lukisan itu.” Rintih Rose.
“Maksudmu lukisan yang ada di ruang keluarga itu Rose? Ibu pikir tak ada yang aneh dari lukisan itu.” (Ibu berusaha menenangkan).
“Mata itu bu.. Mata itu selalu mengikutiku. Belum lagi kejadian-kejadian aneh yang terjadi di rumah ini”
“Sudahlah nak, mungkin itu hanya imajinasimu saja. Yasudah Ibu keluar dulu. ”
Ibu pun berlalu meninggalkanku yang tengah diliputi rasa ketakutan. Aku merasa sendiri. Tak ada orang yang mampu menenangkanku saat itu.
***
“Kamu berlebihan Ros!” Timpal Jane yang saat itu sedang mendengarkan cerita Rose.
“Maksud mu? Kamu tidak percaya pada ku Jane?” Sahut Rose.
“Bukannya aku tidak mempercayaimu, hanya saja coba kau pikirkan. Sudah berapa banyak lukisan yang kau lihat? Bukankah setiap lukisan itu memiliki pesan-pesan tersirat? Lukisan-lukisan itu juga mempunyai keunikan tersendiri. Begitu juga dengan lukisan yang ada di rumahmu.” Jelas Jane panjang lebar.
“Tapi kamu tidak mengerti Jane…. Lukisan itu terlalu menyeramkan. Bahkan aku sendiri takut untuk tetap tinggal di rumah itu.” Rintih Rose diikuti dengan isak tangis.
“Sudah.. jangan menangis. Begini saja, pulang sekolah aku akan ke rumah mu untuk melihat lukisan itu. Bagaimana?” Tawar Jane.
“Ya.. mugkin itu kedengarannya lebih baik” Jawab Rose.
Tanpa pikir panjang, sepulang sekolah aku dan Jane langsung menuju rumahku. Aku hanya mampu bersembunyi di belakang tubuh Jane yang saat itu sedang diliputi rasa penasaran. Ketika Jane melihat objek dilukisan itu, tidak ada raut wajah ketakutan nampak padanya.
“Tak ada yang aneh dari lukisan ini Rose. Menurutku lukisan ini justru memiliki nilai estetis yang tinggi” Jelas Jane.
“Begitukah menurutmu Jane? Tapi bagiku lukisan ini sungguh menyeramkan. Mungkin kau belum pernah merasakan saat kau sedang dilanda kehausan di tengah malam buta, dan mau tak mau kau harus melewati ruangan ini untuk sampai ke dapur. Sepasang mata itu akan terus mengikuti langkahmu” Sahut Rose.
“Mungkin itu hanya ilusinasimu saja Rose. Kau tahu.. hal yang membuatku mengagumi lukisan ini adalah senyum wanita itu. Sebenarnya aku sendiri tidak tahu apa makna dari senyumannya. Hanya saja, orang yang membuat lukisan ini pasti seorang yang berdaya imajinasi tinggi. (Sambil memegang lukisan itu)
Dan heey… teknik yang digunakan pelukis ini juga tak seperti teknik yang digunakan oleh pelukis pada umumnya. Kau tak kan bisa meninggalkan sidik jarimu di sini.”
“Tampaknya kau tidak sependapat denganku Jane.”
“Maaf Rose.. tapi itulah kenyataanya, dan satu hal yang harus kau ingat, semua orang memang memiliki rasa takut terhadap suatu hal. Tapi hanya orang yang bijak yang mampu mengatasi rasa takutnya itu” Sambil memegang bahu Rose.
Rose mengatakan hal yang benar ketika ia mengaku sepasang mata di lukisan itu mengikutinya saat ia merasakan kehausan di tengah malam. Malam itu Rose merasakan rasa haus yang luar biasa. Ia cepat-cepat menuju dapur untuk menghilangkan dahaganya. Akan tetapi, saat ia melewati ruang keluarga, ia melihat bahwa sepasang mata wanita sedang mengikuti langkahnya. Wanita itu tidak lain adalah objek wabita pada lukisan di ruang tamu.   Melihat kejadian itu, Rose ingin segera berlari meninggalkan tempat tersebut. Tetapi sayang, seperti ada sesuatu yang menghambat langkahnya. Ia menjerit ketakutan. Namun tak ada seorangpun di rumahnya yang mengindahkan teriakan Rose. Objek wanita yang ada di lukisan itu pun keluar dari bingkainya. Perlahan namun pasti, wanita itu mendekati Rose.
“Tidak usah takut, aku bukan bermaksud untuk melukaimu” Jelas wanita itu.
“Lalu apa yang ingin kau lakukan terhadapku?” Tanya Rose sambil ketakutan.
“Mengapa kau takut padaku?” Tanya wanita itu.
“Kau selalu mengangguku. Semenjak aku pindah di rumah ini dan melihatmu di dalam lukisan itu, hari-hariku berubah 180°.” Jelas Rose.
“Itu Cuma perasaanmu saja!”
“Maksudmu? Bukankah sudah jelas bahwa selama ini kau yang mengangguku. Kau membuatku ketakutan. Dua kejadian aneh waktu itu sama sekali tidak bisa diterima dengan akal sehat” Protes Rose.
“Tahukah kau bukan maksudku untuk menakutimu. Hanya saja, aku ingin melindungi diriku dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab”Jelas wanita itu.
“Aku tidak mengerti!” Ungkap Rose kebingungan.
“Mungkin di matamu tak ada hal yang menarik didiriku. Tetapi, bagi mereka yang mengerti seni, mereka akan tertarik padaku. Sudah beribu-ribu orang mencoba mengartikan senyumku, tapi tak satupun dari mereka yang mampu menjelaskannya secara jelas. Oleh karena itu, banyak kolektor yang mengincar lukisanku.”
“Bukankah dengan dengan membiarkan dirimu bersama kolektor itu akan membuatmu lebih terurus dibandingkan kau selalu berada di rumah ini?”
“Aku telah dipercayakan oleh penciptaku untuk tetap di rumah ini. Dulunya rumah ini adalah bekas salah satu pelukis terkenal yang sedikit terasingkan.”
Tak sempat mereka melanjutkan percakapan, tiba-tiba Ibu Rose datang dan menyalakan lampunya.
“Rose.. ayo bangun”  Kata Ibu.
Rose terbangun dan langsung memeluk Ibunya. Syukurlah semua hanya mimpi. Gumam Rose dalam hati.
***
Usut punya usut, lukisan itu adalah lukisan Monalisa yang dibuat oleh Leonardo da Vinci. Sehari sebelum ia bermimpi, sekolahnya mengadakan karya wisata ke museum nasional. Rose selalu terbayang dengan lukisan yang konon matanya dapat mengikuti langkah pengunjung museum tersebut. Akan tetapi, ketika ia melewati ruang keluarga dan menyadari bahwa sebenarnya ia dan keluarganya tidak pindah rumah, ia tetap melihat lukisan itu berada di sana. Dan yang anehnya lagi ada nama Rose di lukisan itu. Semua kejadian yang berkaitan dengan lukisan Monalisa membuatnya merasa bingung dengan hidupnya sendiri.





0 komentar:

Posting Komentar

 
;